-
Minlio
-
23 February 2021
-
16,002 Views
Seluruh sistem dalam dunia terus berkembang seiring berjalannya waktu dan perkembangan teknologi, termasuk sistem Marketing. Pada tahun 1990, perekonomian Amerika mulai menurun. Hal ini menyebabkan berkurangnya daya beli customer dan perputaran ekonomi negara. Sedangkan, perusahaan masih menggunakan konsep Marketing 1.0 yang di mana perusahaan masih terus fokus ke produknya.
Penggunaan strategi 4P (Produk, Price, Place, dan Promotion) yang tidak melihat kebutuhan pasar sesungguhnya mengakibatkan penumpukan produk yang akhirnya mengancam ekonomi perusahaan. Maka dari itu, Robert F. Lauterborn mulai memperkenalkan konsep marketing terbaru pada tahun 1990-an untuk menyelamatkan ekonomi perusahaan.
Konsep Marketing 2.0 atau yang juga disebut “Customer Centric Era” berfokus pada produk dan kebutuhan konsumen. Dalam konsep ini, perusahaan berusaha untuk memenuhi kebutuhan konsumen secara pasti agar produk terjual dengan maksimal dan konsumen tidak beli ke kompetitor.
Pada konsep marketing era ketiga ini, muncul juga pihak ketiga, yaitu distributor agen untuk menjangkau konsumen lebih luas dan secara langsung.
Bukan lagi menggunakan strategi 4P, konsep Marketing 2.0 mengubah strategi menjadi 4C, yaitu Customer, Cost, Convenience, dan Communication. Berikut penjelasannya.
1. Customer
Pada marketing ini, perusahaan tidak lagi hanya fokus ke produk, melainkan pada kebutuhan dan keinginan langsung customer. Perusahaan menyediakan produk yang benar-benar dibutuhkan masyarakat luas, sehingga produk yang diciptakan tepat sasaran.
2. Cost
Mungkin ada yang masih keliru dan menganggap sama, tapi Cost dan Price itu berbeda. Price hanyalah harga produk, tapi Cost merupakan harga yang sudah mencakup manfaat dari produk tersebut.
Perusahaan tidak hanya memikirkan quantity produk yang terjual, tapi Marketing 2.0 ini juga memikirkan manfaat yang didapatkan konsumen dari produk tersebut. Jadi, bisa #StopPerangHarga .
3. Convenience
Convenience hampir sama dengan “Place” pada strategi 4P. Bedanya, Place hanya menjadi tempat untuk menjual produk, sedangkan Convenience menjadi tempat menjual produk yang dapat membuat nyaman konsumen.
Strategi ini bisa menimbulkan rasa nyaman konsumen dan mengikatnya dengan tempat tersebut. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan loyalitas konsumen terhadap produk Anda dan tidak melirik kompetitor lain.
4. Communication
Komunikasi menjadi salah satu kunci dalam 4C ini. Anda dapat mengetahui secara langsung tren dan kebutuhan konsumen. Selain itu, jika Anda melakukan komunikasi dengan konsumen, mereka juga akan merasa nyaman dan terikat dengan produk Anda.
Ini bisa menimbulkan rasa nyaman dan loyalitas konsumen dengan produk Anda. Jadi, bisa #StopPerangHarga juga.
Masih bingung perbedaan Marketing 1.0 dan Marketing 2.0? Sebelumnya kita sudah membahas Warmindo yang menerapkan strategi 4P.
Apa Warmindo juga bisa menerapkan konsep Marketing 2.0 dengan strategi 4C? Ya, tentu bisa. Warunk Upnormal salah satunya.
Seperti yang kita tahu, produk Warunk Upnormal dan Warmindo cenderung sama, yaitu Indomie. Tapi, fokus dan strategi yang mereka gunakan berbeda. Hasilnya, kini Warunk Upnormal sudah memiliki hampir 120 cabang di seluruh Indonesia.
Untuk contoh lainnya, Anda pasti tau Starbucks. Starbucks dan kedai kopi yang ada di lingkungan Anda sama-sama menjual kopi, tapi mengapa Starbucks bisa ada hampir di setiap mall?
Ternyata, mereka menerapkan strategi 4C. Starbuck bukan hanya menjual kopi, tapi juga menjual ‘gengsi’ ke konsumennya. Gengsi yang ditawarkan Starbuck, itulah yang dicari konsumen.
Jadi, apakah Anda sudah mengetahui kebutuhan konsumen Anda? Siapkah Anda mengikuti tren dan memenuhi kebutuhan mereka?